![]() |
HATI-HATI JADI LAKI-LAKI....................... |
وعمر
بن الخطاب رضي الله عنه لما كان يعس بالمدينة فسمع امرأة تتغنى بأبيات تقول فيها :
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah mengatakan, “Khalifah Umar bin al
Khattab ketika beronda di kota Madinah mendengar seorang perempuan yang
menyanyikan beberapa bai syair diantaranya adalah:
(
هل من سبيل إلى خمر فأشربها … هل من سبيل إلى نصر بن حجاج )
Adakah jalan untuk meminum khamar#
Adakah jalan untuk bersua dengan Nasr bin Hajaj
فدعى
به فوجده شابا حسنا فحلق رأسه فازداد جمالا فنفاه إلى البصره لئلا تفتتن به النساء
Mendengar hal tersebut, beliau lantas memanggil lelaki yang
disebut-sebut dalam bait di atas. Ternyata dia adalah seorang pemuda yang
ganteng (sehingga menggoda banyak wanita). Akhirnya beliau gundul pemuda
tersebut (agar tidak terlihat ganteng). Ternyata setelah digundul pemuda
tersebut malah semakin tambah ganteng. Akhirnya beliau buang pemuda tersebut ke
Basrah agar tidak banyak wanita yang tergoda dengan kegantengannya”.
Muhaqqiq ٍSyarh Siyasah Syar’iyyah mengatakan, “Diriwayatkan
oleh Ibnu Saad 3/285 dengan sanad yang sahih”.
Sumber: Syarh Siyasah Syar’iyyah karya Syaikhul
Islam Ibnu Taimiyyah oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin taqdim Syaikh
Muhammad Hassan tahqiqi Shalah al Said hal 387, Maktbah Fayyadh Manshurah
Mesir, cetakan pertama 1426 H.
Redaksi yang ada dalam al Thabaqat al Kubro karya Ibnu Saad
adalah sebagai berikut:
قال
أخبرنا عمرو بن عاصم الكلابي قال أخبرنا داود بن أبي الفرات قال أخبرنا عبد الله
بن بريدة الأسلمي قال بينما عمر بن الخطاب يعس ذات ليلة إذا امرأة تقول:
هل من سبيل إلى خمر فأشربها أم هل سبيل إلى نصر بن حجاج
فلما أصبح سأل عنه فإذا هو من بني سليم
هل من سبيل إلى خمر فأشربها أم هل سبيل إلى نصر بن حجاج
فلما أصبح سأل عنه فإذا هو من بني سليم
Dari Abdullah bin Buraidah al Aslami, beliau mengatakan, “Saat
Umar bin al Khattab beronda pada suatu malam tiba-tiba beliau mendengar seorang
perempuan yang mengatakan:
Adakah jalan untuk meminum khamar#
Adakah jalan untuk bersua dengan Nasr bin Hajaj
Ketika pagi tiba beliau bertanya-tanya tentang siapakah laki-laki yang bernam Nasr bin Hajja. Ternyata dia adalah seorang dari Bani Sulaim.
Adakah jalan untuk bersua dengan Nasr bin Hajaj
Ketika pagi tiba beliau bertanya-tanya tentang siapakah laki-laki yang bernam Nasr bin Hajja. Ternyata dia adalah seorang dari Bani Sulaim.
فأرسل
إليه فأتاه فإذا هو من أحسن الناس شعرا وأصبحهم وجها فأمره عمر أن يطم شعره ففعل
فخرجت جبهته فازداد حسنا فأمره عمر أن يعتم ففعل فازداد حسنا
Beliau lantas mengutus seseorang untuk memanggil orang tersebut.
Ternyata dia adalah seorang laki-laki yang sangat menawan rambutnya dan
wajahnya pun nampak sangat bercahaya. Khalifah Umar lantas memerintahkan untuk
mencukur habis rambut kepalanya. Setelah rambutnya dipangkas habis, dahinya
nampak menonjol keluar. Jadilah lelaki tersebut semakin ganteng. Umar pun
memerintahkan orang tersebut agar mengenakan sorban. Setelah memakai sorban
orang malah tambah ganteng.
فقال
عمر لا والذي نفسي بيده لا تجامعني بأرض أنا بها فأمر له بما يصلحه وسيره إلى
البصرة
Akhirnya Khalifah Umar mengatakan, “Demi Allah, zat yang jiwaku
ada di tangan-Nya aku tidak mau satu daerah dengan orang tersebut”. Beliau
lantas memerintahkan orang tersebut agar memperbaiki diri dan memerintahkannya
agar pergi ke Basrah.
قال
أخبرنا عمرو بن عاصم الكلابي قال أخبرنا داود بن أبي الفرات قال أخبرنا عبد الله
بن بريدة الأسلمي قال خرج عمر بن الخطاب يعس ذات ليلة فإذا هو بنسوة يتحدثن فإذا
هن يقلن أي أهل المدينة أصبح؟ فقالت امرأة منهن أبو ذئب
Dari Abdulah bin Buraidah al Aslami, beliau bercerita, “Suatu
malam Umar bin al Khattab keluar dari rumahnya. Di jalan beliau menjumpai
beberapa wanita yang sedang ngobrol. Ternyata beberapa diantara mereka ada yang
bertanya, ‘Siapakah penduduk Madinah yang paling ganteng?”. Salah satu wanita
diantara mereka mengatakan, “Abu Dzi’b-lah orangnya”.
فلما
أصبح سأل عنه فإذا هو من بني سليم فلما نظر إليه عمر إذا هو من أجمل الناس فقال له
عمر أنت والله ذئبهن مرتين أو ثلاثا والذي نفسي بيده لا تجامعني بأرض أنا بها
Ketika pagi tiba Umar bertanya-tanya tentang siapakah gerangan
lelaki yang bernama Abu Dzi’b, ternyata dia adalah seorang lelaki dari Bani
Sulaim. Ketika Khalifah Umar melihat tampangnya ternyata dia adalah laki-laki
yang sangat ganteng. Umar pun berkata kepadanya, “Demi Allah, kamulah yang
menggoda mereka para perempuan”. Demikian beliau katakan dua atau tiga kali.
Lantas beliau mengatakan, “Demi Allah, zat yang jiwaku ada di tangan-Nya aku
tidak mau satu daerah dengan orang tersebut”.
قال
فإن كنت لا بد مسيرني فسيرني حيث سيرت بن عمي يعني نصر بن حجاج السلمي فأمر له بما
يصلحه وسيره إلى البصرة
Orang tersebut mengatakan kepada Khalifah Umar, “Jika engkau
hendak membuangku maka buanglah aku ke tempat engkau membuang anak pamanku
yaitu Nasr bin Hajaj al Sulami”. Khalifah Umar lantas memerintahkannya agar
memperbaiki diri lalu membuangnya ke Basrah”.
Sumber: Al Thabaqat al Kubro Ibnu Saad 3/285,
terbitan Dar Shadir Beirut.
Petikan Pelajaran:
Kisah di atas menunjukkan boleh menjadikan gundul kepala sebagai
hukuman sehingga apa yang dilakukan di banyak pesantren yaitu menghukum santri
yang melanggar aturan yang ada dengan menggundul kepalanya adalah tindakan yang
berdasarkan sunnah Umar.
Diantara bentuk hukuman yang dibenarkan adalah hukuman dengan
cara pengasingan. Agak semisal dengan hukuman pengasingan adalah hukuman
penjara yang punya efek jera. Itulah penjara yang menyebabkan orang yang
dihukum berada dalam keterasingan, bukan penjara yang menyebabkan seorang
penjahat mendapatkan tambahan kolega dan guru dalam dunia kejahatan.
Di antara kewajiban penguasa adalah memikirkan dan menelurkan
berbagai kebijakan dalam rangka melindungi akhlak dan moral rakyat, bukan malah
membuat kebijakan yang pro pengrusakan moral. Lihatlah bagaimana Umar di pagi
harinya langsung melakukan tindakan terhadap laki-laki yang menyebabkan banyak
wanita yang tergila-gila kepadanya.
Di antara keteladan yang diberikan oleh Khalifah Umar yang patut
dicontoh oleh para penguasa adalah melihat sendiri kondisi real di bawah dan
tidak merasa cukup dengan laporan yang diberikan oleh pejabat di bawahnya.
Adalah kebiasan Umar, ronda malam seorang diri untuk mengecek kondisi rakyat,
apa yang sedang terjadi di akar rumput. Dengan cara ini, politik ‘pencitraan’
bisa dihilangkan. Itulah upaya pejabat bawahan yang ingin memberikan citra
bahwa kondisi masyarakat itu baik, sejahtera, terlayani dst padahal itu sekedar
sandiwara.
Di antara buah ditegakkannya aturan-aturan semaksimal mungkin
adalah terwujudnya rasa aman. Dalam kisah di atas, Umar berjalan sendirian
melintasi lorong-lorong kota Madinah tanpa merasa khawatir adanya para pelaku
kejahatan. Umar berkeliling untuk ronda seorang diri tanpa perlu kawalan
paspamres. Kondisi semisal di atas sangatlah sulit untuk kita temukan di zaman
ini.
Wanita itu bisa tergoda mati-matian dengan seorang laki-laki
sebagaimana laki-laki yang gila-gilaan mencintai seorang wanita. Sungguh
manusia itu sangat lemah dengan godaan lawan jenis.
Sungguh benar firman Allah,
وَخُلِقَ
الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
“Dan manusia dijadikan bersifat lemah” (QS an Nisa:28).
عن
ابن طاوس، عن أبيه: { خُلِقَ الإنْسَانُ ضَعِيفًا } أي: في أمر النساء،
Ketika menjelaskan potongan ayat di atas, Thawus mengatakan,
“Manusia (baca:laki-laki) itu lemah jika terlibat urusan dengan wanita”.
وقال
وكيع: يذهب عقله عندهن
Sedangkan Waki’ mengatakan, “Akal sehat seorang laki-laki itu
tiba-tiba hilang ketika dia tergoda wanita” [Tafsir Ibnu Katsir ketika
menjelaskan ayat di atas].
Lihatlah seorang laki-laki yang sangat gagah perkasa tiba-tiba
berubah menjadi lemah tidak berdaya bagaikan anak kecil ketika dia berada di
hadapan wanita sangat-sangat dia cintai. Sungguh sering kita saksikan laki-laki
yang melakukan berbagai hal yang tidak sejalan dengan akal sehat gara-gara
sedang terjangkit virus merah jambu.
Demikian pula wanita yang sedang tergoda seorang pria
sebagaimana bisa kita simak dalam kisah di atas.
Kisah di atas adalah dalil yang cukup jelas menunjukkan tidak
ada aturan bercadar bagi laki-laki. Seandainya laki-laki itu dituntukan untuk
bercadar dalam kondisi tertentu tentu kita yakin bahwa Umar akan memilih
hukuman bercadar untuk laki-laki yang ada dalam kisah di atas. Ternyata yang
dipilih oleh Khalifah Umar adalah hukuman gundul dan pengasingan. Ini
menunjukkan tidak adanya tuntunan bercadar bagi laki-laki.
حدثني
الأزهري أنه يحضر مجلسه ( 7)رجال ونساء فكان يجعل على وجهه برقعا خوفا أن يفتتن به
الناس من حسن وجهه .
Adz Dzahabi bercerita bahwa yang menghadiri majelis pengajian
Abul Hasan Ali bin Muhammad bin Ahmad bin al Hasan al Mishri adalah laki-laki
dan wanita. Ketika mengisi pengajian beliau mengenakan burqo (kain penutup
seluruh wajah, termasuk mata). Hal ini beliau lakukan karena khawatir adanya
orang baik laki-laki maupun wanita yang tergoda dengan beliau karena demikian
indah paras wajah beliau [Siyar A’lam al Nubala jilid 15 hal 381].
Apa yang dilakukan oleh Abul Hasan al Mishri ini tidaklah tepat
berdasarkan kisah di atas.
#PemudadiusirUmar
#LelakiPenggoda
#Gantengdihukum